TENTANG KAMI

Blog Taujih ini adalah media dakwah melalui dunia maya yang di kelola oleh Divisi Dakwah PPIDS yang beranggotakan:
- Ketua Umum : Ust. Iyas Sirajuddin
- Koordinator Harian dan Bendahara : Ust. Habib AR
- Sekretaris dan Publikasi : Ust. Ahsanul Huda
- Penerbitan Buletin dan Pengedaran Kotak Infak : Ust. Shidiq
- Koordinasi Santri dan Pelaksana Harian : Ust. Qois
- Humas dan Transportasi : Ust. Habib
- Penanggung Jawab Ritme Dakwah dan Humas : Ust. Dawud


Kamis, 15 Maret 2012

ITSAR DAN RABIUL AWWAL

Apabila disebutkan bulan Rabiul Awal maka yang pertama kali terlintas dalam benak sebagian kaum muslimin adalah perayaan maulud Nabi Muhammad. Banyak diantara kita yang bersemangat untuk memperingatinya (yang sesungguhnya juga tidak dicontohkan oleh Beliau) tanpa menghayati esensi sesungguhnya dari Risalah Islam yang Beliau bawa. Sehingga banyak yang terjebak dalam ritual-ritual seremonial belaka .Banyak pula di antara kita  yang merasa sudah berislam dengan baik dan benar tatkala mampu mengerjakan sekian ibadah-
ibadah yang sifatnya fardiyah (pribadi) itupun banyak yang mengerjakanya semata atas dasar rasa gengsi, haji berkali-kali misalnya. sementara gaya hidupnya sehari-hari tetap saja sangat konsumtif, dan terkesan banyak kemubadziran. Di saat yang sama  sedikit sekali kepedulianya terhadap  nasib tetangga rumahnya yang miskin dan menderita,  seolah hanya angin lalu yang akan hilang ditelan waktu Tak ubahnya  seperti  keadaan pedeta-pendeta Katholik Eropa abad pertengahan yang mengaku sebagai orang suci lagi beriman tapi di sisi lain mereka mengeruk keuntungan duniawi diatas penderitaan rakyat. Padahal Islam sangat mencela cara keberagaman seperti ini. Tak seperti agama-agama lain yang menekankan pengikutnya bahwa kualitas tertinggi beragama adalah kependetaan, Islam sebagai agama yang sesui dengaan fitrah sangat memahami tabiat dasar manusia, yang saling membutuhkan, saling melengkapi satu dengan yang lain. Saling memberi dan menerima, saling melengkapi. Sebab setiap manusia memiliki dua hal sekaligus, kelebihan dan kelemahan. Oleh karenanya Islam telah menghapuskan segala bentuk  kependetaan dan sikap keberagamaan yang individualis serta mementingkan diri sendiri  dengan mengurung diri di pojok- pojok masjid dengan ibadah ritual, sementara tetangganya menderita, Allah berfirman:

ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آَثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَآَتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا فَآَتَيْنَا الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آَثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَآَتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ.......
Artinya:

“Kemudian kami susulkan Rasul-rasul kami mengikuti jejak mereka Dan kami susulkan pula Isa bin Maryam. Dan kami berikan  kepadanya (Isa bin Maryam) injil. Dan kami berikan Rasa ssantun dan kasih saayang kepada para pengikutnya.  Mereka mengada- adakan kependetaan padahal kami tidak pernah mewajibbkanya…..”(potongan ayat dari QS Al-Hadid: 27)

 Ibnu Katsir dalam tafsirnya  menyebutkan satu hadits  Rasulullah sebagai tafsiran ayat ini..:

 لا تشددوا على أنفسكم فيشدد عليكم فإن قوماً شددوا على أنفسهم فشدد عليهم فتلك بقاياهم في الصوامع والديارات { رهبانية ابتدعوها ما كتبناها عليهم }

Artinya; ”Janganlah kamu memperberat dirmu  kemudian  Allah memperberat dirimu. Sehingga generasi sesudah mereka menyepi di pojok pojok sinagog (tempat ibadah orang yahudi) dan rumah-rumah” (HR Abu Ya,la.Kanzul Umam III/35. Dinukil dalam Tafsir Ibnu Katsir VIII/31)

Bulan Rabiul Awwal sebagai bulan kelahiran sekaligus bulan wafatnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam harusnya menyadarkan  kita akan salah satu misi utama beliu sebagai rahmat bagi seluruh alam. Diutusnya Rasulullah shallallahu alaihi wa salam merupakan satu tonggak baru yang mengantarkan manusia kepada kemanusiannya yang sejati. Manusia yang meski tubuhnya di bumi tetapi  memiliki keimanan tinggi yang menjulang ke langit. Keimanan yang tidak saja mejadikan seseorang  khusyuk di mihrab-mihrab masjid atau ibadah-ibadah ritual semata, tetapi juga menjadikan seseorang peka dan peduli dengan manusia lain. Bukan hanya  peduli bahkan lebih dari itu sampai pada tingkatan mengorbankan kepentingan diri sendir untuk. Itulah itsar.
Dalam masalah itsar Rasulullah merupakan contoh utama yang tiada duanya di dunia.. Bagaimana tidak? sejak kecil beliau sudah merasakan penderitaan, hidup yatim dan diasuh kakek dan pamanya dalam keadaan papa lagi miskin. Namun demikian setelah beliau berkelurga dan berkecukupan, sama sekali tak membuat beliau tenggelam dalam urusan pribadi dan keluarga. Bahkan semenjak sebelum diutus menjadi Nabi pikiran dan waktu beliu habis utuk memikirkan kerusakan-kerusakan dan kebodohan  yang melingkupi umat beliau. Lebih-lebih setelah beliau menjadi Nabi dan Rasul. Satu contoh saat Beliau berdakwah ke Thaif, bukan sambutan yang beliau terima tetapi lemparan batu yang melukai kaki beliau. Meski begitu Beliau menolak tawaran malaikat penjaga gunung untuk menghancurkan mereka karena beliau masih berharap akan munculnya generasi mukminin dari orang-orang Thaif.  Hingga saat-saat kritis menjelang ajalnya ia masih  menyempatkan diri memberikan beberapa wasiat kepada ummatnya, wasiat yang merupakan curahan dari kasih sayang dan kepeduliannya terhadap umat. Sampai-sampai diriwayatkan tatkala menjelang ajal Beliau mengucapakan ummati….ummati….ummati (umatku…ummatku…ummatku). Subhanallah Betapa agung dan mulia jiwamu. Allah melalui Al-Qur’an menggambarkan bagaimana betapa dalamnya empati Beliau akan keadaan umatnya. Allah berfirman:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيم
Artinya:

“Sungguh telah dating kepadamu seorang Rasul dari kaumu sendiri. Terasa berat olehnya penderitaan yang kamu alami. (Dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatanmu). Penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman “(QS At-Taubah: 128)

 Para sahabat Nabi sebagai generasi terbaik hasil pendidikan kenabian betul-betul terwarnai dengan akhlaq ini. Hingga Allah pun berkenan mengabadikanya di dalam kitab-Nya.
Allah berfirman:

مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ
مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya:

“Dan orang-orang yag menempati madinah (kaum Anshor) dan telah beriman sebelum kedatangan muhajirin. Mereka mencintai orang-orang yang berhirah ke tempat mereka.Dan mereka ttidak menearuh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka. Dan mereka juaga mengutamakan muhajirin atas diri mereka, meski mereka juga membutuhkannya. Dan siapa yang dijaga dari kekiran, mereka itukah orang-orang yang beruntung “(QS AL-Hasr: 9)    

Imam Ibnu Karir menjelaskan bahwa ayat ini turun terkait dengan sikap seorang Anshor yang menjamu makan malam seorang muhajirin pada masa awal-awal hijrah.  meskipun ia sudah tidak memiliki apa-apa kecuali hanya tersisa makanan untuk anak-anaknya, namun ia  berusaha untuk menyembunyikan keadaananya dengan memadamkan lampu dan berpura-pura makan bersama istrinya. Maka turunlah ayat ini yang memuji akhlaqnya (tafsir Ibnu Katsir)

Syeikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkomentar tentang ayat ini:”Di antara keistimewaan  orang-orang Anshor atas selain mereka adalah itsar terhadap sesuatu yang disukai oleh jiwa berupa harta dan selainya kemudian mengorrbankannya untuk orang lain padahal dirinya sangat butuh,bahkan meski keadaan mendesak dan tertimpa kemiskinan”(Tafsir As-Sa’diy)

 Yang tak kalah mengagumkan adalah kisah itsar tiga orang pahlawan Islam yang agung dalam perang Yarmuk yaitu Ikriman bin Abu Jahal, Al-Haris bin Hisyam (paman Ikrimah) dan Suhail bin Amru Radhiyallahu anhum. Tatkala Ikrimah melihat peperangan tak segera membuahkan kemajuan yang berarti, majulah ia berteriak menyerukan baiat maut (sumpah mati) membela Islam. Ratusan pasukan Islam pun menyambut seruan ini. Tak ayal lagi hal ini cukup menyiutkan nyali tentara Romawi dan membuat mereka kalang kabut. Tapi di sisi lain korban di pihak Islam juga tak sedikit. Banyak yang gugur dan tak sedikit pula yang luka parah, termasuk Ikrimah sendiri. Ia bersama  Al-Harits bin Hisyam (sang paman) dan Suhail bin Amru luka parah dan kehausan. Seorang pasukan Islam yang mendengar rintihan Al-Harits  bergegas membwakan air. Namun belum lagi Al-Haris meminum air itu  terdengar rintihan Ikrimah .Tak urung ia pun iba dan meminta agar saudaranya itu didahulukan meminum air. Sang tentara beranjak cepat-cepat menuju yang dimaksud. Namun saat Ikrimah  hendak meminum air terdengar rintihan Suhail bin Amru yang haus karena luka parah. Spontan ia meminta agar Suhail didahulukan. Tak ingin terlambat sang tentara segera menuju ke Suhail. Namun alih-alih meminum air itu, ia malah meminta saudara-saudaranya itu didahulukan. Tak ingin gagal lagi sang tentara kembali menemui Ikrimah dan Al-Harits namun sayang syahid telah menjemput mereka berdua. Coba ia kembali ke Suhail, namun sayang ia telah telah syahid menyusul kedua rekanya menghadap Allah. Tiga sahabat mulia syahid  menorehkan sejarah dengan keteladaanan utama, mendahulukan kepentingan saudaranya di atas kepentingan pribadi (Itsar). Satu sikap yang langka di masa kini.
Itsar dan kebangkitan ummat.

Berbicara mengenai kebangkitan ummat sangat erat kaitanya dengan itsar. Bagaimana tidak suatu ummat tak akan mampu bangkit bila tidak ada persatuan dan kesatuan antara komponen ummat sehingga segala potensi terkumpul menjadi kekuatan yang besar. Salah satu faktor utama yang mampu meujudkan persatuan ini adalah adanya rasa senasib sepenanggungan antara masing-masing individu, yang terealisasikan dalam bentuk sikap saling mendahulukan satu dengan yang lain. Tanpa semua itu niscaya kejayaan tak akan teraih.  Lihatlah betapa Negara keecil Israel mampu untuk membuat super power dunia AS bertekuk lutut didepanya, hingga apa saja kemauan Negara itu senantiasa dipatuhi secara membabi buta meski mengorbankan ribuan orang palestina.  Sebalikya tengoklah ummat Islam. Ummat yang dibalik jumlahnya yang besar, bahkan terbesar di dunia tersimpan sekian banyak potensi yang bila termenej dan termanfaatkan dengan baik akan menjadi kekuatan yang kuat yang mampu membalik keadaan ummat Islam hari. Ternyata  kuantitas yang banyak tak selamanya berbading lurus dengan kualitas. Lihatlah kembali kondisi kita Tak usah jauh-jauh lihatlah Indonesia, negeri muslim terbesar di dunia. Menurut data BPS (Biro Pusat Statistik) jumlah kaum muslimin saat ini ± 200 juta jiwa. Potensi Zakat mal nasional yang bisa dikumpulkan sebenarnya sekitar 114 milyar. Sementara.  kenyataan yang bisa dikumpulkan baru sekitar 1,4 milyar (Data BAZNAS per agustus 2011). Itu baru soal zakat belum persoalan-persolan yang lain. Nampaknya sifat bakhil dan cinta dunia tengah menggerogoti ummat ini. Karenanya memang harus ada kesadaran kita masing-masing serta harus ada  upaya yang serius dan berkelanjuatan dari semua pihak untuk menumbuhkan sikap itsar dalam ummat ini  sebagaimana yang telah dipraktekkan   oleh para Shahabat Radhiyallahu anhum. (Abu Hannah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar