TENTANG KAMI

Blog Taujih ini adalah media dakwah melalui dunia maya yang di kelola oleh Divisi Dakwah PPIDS yang beranggotakan:
- Ketua Umum : Ust. Iyas Sirajuddin
- Koordinator Harian dan Bendahara : Ust. Habib AR
- Sekretaris dan Publikasi : Ust. Ahsanul Huda
- Penerbitan Buletin dan Pengedaran Kotak Infak : Ust. Shidiq
- Koordinasi Santri dan Pelaksana Harian : Ust. Qois
- Humas dan Transportasi : Ust. Habib
- Penanggung Jawab Ritme Dakwah dan Humas : Ust. Dawud


Kamis, 15 Maret 2012

Itsar, Perbuatan Mulia yang Mulai Dilupakan

Pada saat perang Yarmuk, Al Hudzaifah Al Adawiy berangkat untuk mencari putra pamannya. Ketika itu, beliau membawa sedikit air minum. Jika putra pamannya masih hidup, ia akan memberinya minum dan mengusap wajahnya dengan air tersebut. Kemudian  Al Hudzaifah  telah mendapati anak pamannya dan menawarkan minum kepadanya. Ketika hendak meminum tiba-tiba terdengar seorang laki-laki merintih meminta air. Lalu ia mengisyaratkan agar Hudzaifah segera mendatanginya dan memberinya minum. Dan ternyata orang tersebut adalah Hisyam bin Al Ash. Setelah sampai kepada Hisyam, Hudzaifah hendak memberinya minum, lalu dia mendengar orang lain merintih meminta air. Maka Hisyam mengisyaratkan kepadanya agar Hudzaifah segera mendatanginya dan memberinya minum. Ketika Hudzaifah telah mendekatinya ternyata orang itu telah meninggal. Lalu ia kembali kepada Hisyam, ternyata beliau juga telah meninggal. Kemudian ia kembali kepada putra pamannya, namun dia juga telah meninggal, semoga Allah merahmati mereka semua.

Demikianlah sikap para salafus shalih terhadap saudaranya. Mereka lebih mendahulukan saudaranya dalam urusan dunia dari pada dirinya sendiri. Kapan saja mereka melihat kesempatan untuk berbuat itsar, mereka akan segera mendahulukan orang lain atas dirinya sendiri. Mereka  rela menahan lapar agar orang lain kenyang, menahan haus agar orang lain dapat minum dengan puas. Bahkan, mereka rela untuk mati demi menyelamatkan nyawa orang lain. Hal itu bukanlah sesuatu yang aneh atau asing bagi seorang muslim yang ruhnya kenyang dengan makna-makna kesempurnaan, jiwanya terbentuk dengan tabiat yang baik dan cinta keutamaan serta keindahan. Itulah shibghah (celupan) Allah, dan siapakah yang lebih baik daripada shibghah Allah?

Namun nampaknya sikap ini sudah mulai dilupakan kaum muslimin. Mereka lebih mendahulukan kepentingan pribadi dari pada orang lain. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang sampai mendzalimi orang lain demi untuk meraih apa yang diinginkannya. Sungguh sikap yang sangat bertolak belakang dengan para salaf shalih. Padahal itsar merupakan perbuatan mulia yang banyak kemutamaannya. Allah SWT memuji mereka yang bersikap itsr kepada saudaranya dalam firmannya :

وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Hasyr [56] : 9).

Demikian pujian Allah bagi mereka yang istar terhadap saudaranya. Allah mengategorikan mereka sebagai orang-oranag yang beruntung. Maka mari kita budayakan kembali itsar atau sikap mengutamakan orang lain agar kita termasuk orang yang beruntung. Selain itu, pasti kita akan merasakan keindahan hidup dan kedamaian. Waallahu a’lam bish shawwab. (Yazid)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar