TENTANG KAMI

Blog Taujih ini adalah media dakwah melalui dunia maya yang di kelola oleh Divisi Dakwah PPIDS yang beranggotakan:
- Ketua Umum : Ust. Iyas Sirajuddin
- Koordinator Harian dan Bendahara : Ust. Habib AR
- Sekretaris dan Publikasi : Ust. Ahsanul Huda
- Penerbitan Buletin dan Pengedaran Kotak Infak : Ust. Shidiq
- Koordinasi Santri dan Pelaksana Harian : Ust. Qois
- Humas dan Transportasi : Ust. Habib
- Penanggung Jawab Ritme Dakwah dan Humas : Ust. Dawud


Sabtu, 24 November 2012

SUDAHKAH HARI INI BERINFAK?

 Tatkala turun ayat

لن تنالوا البرّ حتى تنفقوا مما تحبّون

Kamu sekalian tak akan sampai pada kebaikan yang sempurna hingga kalian menginfakkan sebagian harta kalian yang kalian cintai (QS Ali Imran: 92)


Abu Thalhah bergegas menemui Nabi Muhammad seraya berkata:”Sungguh harta yang paling kucintai adalah Bairaha”. Bairaha adalah kebun yang menghadap masjid, yang dahulu Nabi pernah meminum air sumur yang ada di kebun itu. Dia menyerahkan kebun itu dan berkata: “Apa yang Engkau perintahkan kepadaku dengan kebun itu?”.Sambil mendo’akan kebaikan untuknya, Rasulullah-pun memerintahkannya untuk membagi-bagikan harta itu kepada kerabatnya yang tidak mampu. Maka Ia-pun keluar dengan patuh sambil memilih-milih hartanya yang paling ia sukai untuk dibagikan pada kerabatnya sesuai perintah Rasul. Semua itu tiada lain kecuali sebagai bentuk kepatuhannya terhadap perintah Allah tersebut.

 Memang, generasi Sahabat meski strata sosial mereka berbeda-beda, namun mereka memiliki satu cirri utama yang sama yaitu selalu berlomba-lomba dalam kebaikan , diantaranya dalam berinfaq di jalan Allah. Teengok saja perlombaan mereka saat perang Tabuk. Saat itu sang milyarder kala itu, Abdurrahman bn ‘Auf meennginfakkan empat ribu dirham, sementara empat ribu ssisanyaa beliau sisakan untuk keluarga beliau. Raslullah-pun mendoakan keberkahan untuk harta yag ia infakkan maupun yang ia sisakan buat keluarganya. Kemdian datanglah ‘Utsman bin Affaan melengkapi baju dan peralatan perang bagi mereka yang belum memillikinya. Sementara Shahabat ‘Ali bin Abi Thalib ( shahabat yang tergolong miskin) ia hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menginfakkan satu dirham di malam hari, Satu dirham saat siang hari, satu dirham dengan terang-terangan dan satu dirham lagi ia infakkan secara sembunyi-sembunyi.

 Apa yang kita baca dan kita dengar tentang kehidupan mereka, tentunya semua itu tidak muncul dengan sendirinya. Tetapi betul-betul berangkat dari keimanan dan keyakinan yang mantab akan janji dan keutamaan infak di jalan Allah. Sekaligus berangkat dari keyakinan bahwa Allah akan menggantinya deengan sesuatu yang istimewa di dunia, lebih-lebih di akhirat. Allah berfirman:

Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Apa saja yang kamu nafkahkan (infakkan) maka Allah akan menggantinya. Dialah sebaik-baik peemberi rizki (QS Saba: 39)

Oleh karena itu memahami dan meyakini keutamaan infak  di jalan Allah menjadi keharusan bila kita bertekad hendak meraih kemuliaan yang mereka peroleh.

Keutamaan infak di jalan Allah.

Bertumpuk pundi-pundi pahala dan keutamaan infak yang  bisa kita raih, tentu tak sebatas yang tertulis di halaman ini. Diantaranya:

1.    Sebagai bukti kejujuran iman kita. Allah berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan Raasul-Nya kemudian tiada keraguan seddikitpun dan berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang jujur keimananya (QS Al-Hujurat: 15) .Sebaliknya keengganan berinfak merupakan satu diantara sekian indikasi keemunafikan iman. Banyak ayat–ayat Al-Qur’an yang menyingkap kebusukan orang-orang munafik. Tak sekedar enggan  bahkan orang-orang munafik justru menjadi kelompok yang menggembosi infak di jalan Allah. Allah berfirman:

Mereka (orang-orang munafik) berkata (kepada penduduk Madinah): “janganlah kalian menginfakkan  harta kalian kepada orang-orang yang ada di sisi Rasulullah (orang-orang miskin kalangan Muhajirin) hingga mereka mennyingkir dari Rasulullah.”. Padahal Allah-lah yang memiliki perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik tak mengetahuinyua (QS Al-Munafiqun: 7)

2.    Infak yang kita keluarkan akan diganti Allah mulai dari 10 kali lipat hingga 700 kali lipat pahalanya. Allah berfirman:

Perumpamaan  orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butiir benih. Pada tiap-tiap butir menumbuhkan seratus biji. Allah melipatgandakan (pahalanya) bagi siapa yang Ia kehendaki. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) dan Maha mengetahui (QS Al-Baqarah: 251)

3.    Sebagai sarana untuk menghindarkan diri dari adzab neraka.

Infaq merupakan sarana untuk menjaga kita dari siksa Allah di dunia lebih-lebih di akhirat, meskipun dengan harta yang sederhana sekalipun, sebagaimana sabda Rasulullah

اتقوا اانار ولو بشقّ تمرة

“Jagalah diri kalian dari api neraka sekalipun hanya dengan separuh kurma” (HR Bukhari dan Muslim)

4.    Dapat mendatangkan Rizki.

Infak hakekatnya tak mengurangi harta, malahan ia merupakan kunci pembuka pintu-pintu rizki yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah
استنزلوا الرزق بالصدقة

"Turunkanlah (datangkanlah) rizkimu (dari Allah) dengan shadaqah"
(HR Al-Baihaqiy)

5.    Sebagai bentuk kontribusi nyata kita akan kejayaan agama kita.

Hari ini orang-orang kafir dan pengusung kebatilan berlomba-lomba menginfakkan (membelanjakan) harta kekayaan mereka untuk menghalangi manusia dari jalan kebenaran. Tak sekedar kerja sampingan, bahkan mereka menginfakkan harta mereka all out (secara total) hingga mereka-pun mengalami kerugian besar. Allah menggambarkan keadaan mereka ini dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya orang-orang kafir menginfakkan (membelanjakan) harta-harta mereka untuk menghalangi manusia dari jalan Allah. Mereka menginfakkannya hingga mereka-pun mengalami kerugian besar (di dunia), kemudian akan dikalahkan. Dan orang-orang kafir akan digiring menuju neraka jahannam”(QS Al-Anfal: 36). Bila demikian keadaan mereka, padahal mereka  di atas kebathilan, maka bukankah kita lebih pantas untuk total membela agama Allah?!. Bukankah kita berada di jalan yang benar?!. Hendaknya kita selalu ingat firman Allah:

ان تنصروا الله ينصركم و يثبّت أقداماكم

Jika kalian menolong (Agama) Allah maka Allah-pun akan menolong dan mengkokohkan langkah kalian (QS Muhammad: 7)

Mengapa kita enggan berinfak?

Dengan sekian banyak keutamaan yang ada mengapa masih banyak di antara kita yang enggan berinfak?. Di antara penyebabnya banyak yang dihinggapi kekhawatiran jatuh dalam kemiskinan dan berkurang hartanya. Ini sebenarnya hanyalah tipu daya Setan yang selalu membisiki orang yang berinfak. Allah berfirman:

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kefakiran dan menyuruh kamu berbuat kemasiatan (kikir), sedang Allah menjanjikan bagimu ampunan-Nya dan karunianya. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui  (QS Al-Baqarah: 268). Penyebab lainya adalah kebiasaan menunda-nunda amal,  yang juga merupakan tipu daya Setan. Oleh karena itu Rasulullah menganjurkan agar kita sesegera mungkin menginfakkan dan menyedekahkan harta kita. Satu kali Rasulullah ditanya: “Sedekah manakah yang paling beesar pahalanya”. Beliau menjawab:”Saat kamu shadaqah hendaklah kamu dalam kondisi sehat dan dalam kondisi pelit (sangat membutuhkan harta) serta saat kamu takut melarat lagi berharap kaya. Jangan kau tunda hingga ruh-mu sampai ditenggorokan baru kamu berkata:” untuk  si A sekian umtuk si B sekian”(HR Al-Bukhari). Wallahu Musta’an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar