TENTANG KAMI

Blog Taujih ini adalah media dakwah melalui dunia maya yang di kelola oleh Divisi Dakwah PPIDS yang beranggotakan:
- Ketua Umum : Ust. Iyas Sirajuddin
- Koordinator Harian dan Bendahara : Ust. Habib AR
- Sekretaris dan Publikasi : Ust. Ahsanul Huda
- Penerbitan Buletin dan Pengedaran Kotak Infak : Ust. Shidiq
- Koordinasi Santri dan Pelaksana Harian : Ust. Qois
- Humas dan Transportasi : Ust. Habib
- Penanggung Jawab Ritme Dakwah dan Humas : Ust. Dawud


Senin, 22 Oktober 2012

Muhasabah, karakteristik orang yang cerdas

Jadilah orang cerdas

Ada pepatah mengatakan, “Gajah di pelupuk mata tidak nampak, semut di sebrang lautan nampak besar”
Inilah sebuah pepatah yang nampaknya tepat sekali jika kita ungkapkan saat ini. Saat di mana banyak manusia yang sibuk dengan aib orang lain, tetapi lupa akan aib diri sendiri. Sehingga mereka merasa diri mereka bersih dari kesalahan dan dosa, merasa paling benar, paling lurus, paling sholih, paling baik dan lain sebagainya.


Inilah yang akan menjadikan seseorang sombong menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. Tidak mudah menerima peringatan dan nasehat orang lain. Naudzubillah. Kita berlindung kepada Allah.
Maka, marilah kita menegok dan meniti jejak para salaf kita. Mereka selalu bermuhasabah diri supaya mereka tidak menjadi manusia yang sombong dan menyucikan diri sendiri. Agar mereka selalu dekat dengan Allah dan bertakwa kepada-Nya. Agar mereka tawadhu’ atau rendah hati. Menjadi hamba Allah yang selalu memperbaiki diri setelah mereka bermuhasabah. Sampai ketika tali sandal mereka putus, maka mereka bermuhasabah, apakah karena kemaksiatan dan dosa yang pernah mereka lakukan. Subhaanallah.

Kalau kita mengaku sebagai generasi para salaf, maka marilah kita melihat jangan-jangan, anak dan istri kita yang tidak taat, itu karena dosa dan maksiat kita. Juga pada hal-hal yang lain, marilah kita bermuhasabah.
Bermuhasabahlah….bermusahabahlah setiap waktu. Karena dengan muhasabah di dunia, Allah akan meringankan hisab kita kelak di akhirat.

Jadilah orang yang cerdas, yang senantiasa menghisab diri mereka, untuk kemudian merubah kesalahan dan dosa, memperbaiki diri dan beramal kebajikan, untuk menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sekarang ada dua pilihan, jadi orang cerdas atau orang bodoh, Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, dari Saddad bin Aus Radhiyallahu ‘Anhu :

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ التًّمَنِّي

“Orang yang cerdas adalah orang yang menghitung dirinya di dunia dan beramal untuk setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsu dan berkeinginan atas Allah hanya dengan berangan-angan.” (HR. Tirmidzi)

Dalam sebuah riwayat yang disebutkan dalam Sunan Ibnu Majah dari Ibnu Umar, ketika ia bersama Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam, ada seorang laki-laki mendatangi beliau, kemudian berkata,”Wahai Rasulullah orang mukmin yang paling afdol itu yang bagaimana? Beliau menjawab,”Yang paling baik akhlaknya.” Ia bertanya lagi,”Mukmin yang bagaimana yang Paling cerdas?.” Beliau menjawab,”Yang paling banyak mengingat kematian. Inilah karakteristik manusia yang cerdas.

Apa muhasabah itu ?

Muhasabah adalah selalu melihat dan memperhatikan sesuatu atau diri sendiri dari berbagai aspek dan sudut pandang untuk mengetahui potensi, bakat, kelebihan, nikmat, kekurangan, kesalahan, kelemahan dan lain sebagainya untuk kemudian ditindak lanjuti dengan sikap positif yang menuju kepada kebaikan dan perbaikan dunia dan akhirat.

Waktu yang paling baik untuk bermuhasabah

Para ulama’ salaf mereka selalu membagi waktu mereka, dan menyisakan waktu untuk bermuhasabah. sebagaimana yang disampaikan oleh DR. Sulaiman Al Asyqor dalam kitabnya “Fiqhul ‘Amal Lil Akhiroh” bahwa waktu yang paling baik untuk bermuhasabah ada dua : Pertama, Ketika hendak tidur. Kedua, Hendaknya dalam keadaan sendirian

Karena pada dua waktu ini manusia dalam kondisi yang paling baik jauh dari kesibukan duniawi, kondisi jiwa dan fisik yang tenang dan berkemungkinan besar memiliki fikiran yang jernih.

Buah dari muhasabah

A.    Meringankan hisab di akhirat
B.    Dapat mengetahui kesalahan dan aib diri sendiri
C.    Memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri
D.    Menjadikan seorang hamba bersemangat dan giat
E.    Mengikuti jejak para salaf sholih
F.    Merasakan ketenangan jiwa
G.    Lebih bisa menerima peringatan dari orang lain
H.    Mengingatkan saudara terhadap suatu kesalahan dan kekurangan

Hisablah dirimu sebelum yaumul hisab menjemputmu

Yaumul Hisab adalah sebuah fase dari dari fase-fase menuju akhirat yang pasti akan dilalui oleh seluruh umat manusia, baik yang tua, muda, mukmin, kafir, shalih maupun yang thalih. Akan tetapi hanya Allahlah yang tahu kapan hari itu akan terjadi. Oleh sebab itu kita harus mengingat dan saling mengingatkan akan hari yang pasti tersebut, agar kita tidak lalai dan bisa mempersiapkan bekal untuk menghadapi hari tersebut dan selalu memperbanyak muhasabah diri.

   Umar bin Khottob Radhiyallahu ‘Anhu berkata :
”Hisablah diri kalian sebelum nanti dihisab dan timbanglah amal kalian sebelum nanti ditimbang. Yang demikian adalah lebih ringan bagi kalian saat hisab di Hari Akhir nanti. Hendaklah kalian menghisab diri kalian pada hari ini, karena hal itu akan meringankanmu di hari perhitungan esok, pada siding akbar”. (Imam Ibnul Jauzi, Shifatu Ash Shafwah, 1/286)

Begitu pula Hasan Al Bashri Rahimahullah berkata :
“Orang Mukmin adalah kuat atas dirinya, dia menghisab dirinya karena Allah. Sesungguhnya bisa jadi hisab itu akan ringan bagi suatu kaum di Hari Kiamat, yang ketika selama di dunia mereka rajin menghisab dirinya. Dan sesungguhnya hisab itu akan berat bagi suatu kaum di Hari Kiamat, yaitu mereka yang tidak melakukan Muhasabah di dunia.”(Tazkiyatun Nufus, hal 75)

Keadilan Allah
Termasuk dari keadilan Allah Subhanahu wa ta’ala adalah kita diberi kesempatan untuk menghisab diri kita sendiri di dunia dan kelak di akhirat pun Allah juga memberikan kesempatan kepada kita untuk menghisab diri kita sendiri sebelum Allah menghisabnya. Dari sini akan tampak sekali keadilan Allah. Bahwa Allah tidak sedikit pun mendzolimi hamba-Nya. Allah berfirman mengingatkan kita, yang artinya :

“Dan tiap-tiap manusia itu Telah kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah Kitab yang dijumpainya terbuka. "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu Ini sebagai penghisab terhadapmu". Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan meng'azab sebelum kami mengutus seorang rasul. (QS. Al-Isra’ : 13-15)

Hasan al-Bashri Rahimahullah ketika membaca ayat yang ke-17 dari surat Qof, yang artinya,”(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” Beliau berkata :

يَا ابْنَ آدَمَ، بُسِطَتْ لَكَ صَحِيْفَتُكَ وَ وَكَلَ بِكَ مَلَكَانِ كَرِيْمَانِ، أَحَدُهُمَا عَنْ يَمِيْنِكَ وَالآخَرُ عَنْ يَسَارِكَ فَأَمَّا الَّذِيْ عَنْ يَمِيْنِكَ فَيَحْفَظُ حَسَنَاتِكَ، وَأَمّا الَّذِيْ عَنْ يَسَارِكَ فَيَحْفَظُ سَيِّئَاتِكَ، فَاعْمَلْ مَا شِئْتَ، أَقْلِلْ أَوْ أكْثِرْ، حَتَّى إِذَا مِتَّ طُوِيَتْ صَحِيْفَتُكَ، فَجُعِلَتْ فِيْ عُنُقِكَ مَعَكَ فِيْ قَبْرِكَ، حَتَّى تَخْرُجَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا تَلْقَاهُ مَنْشُوْرًا { اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا } قَدْ عَدَلَ - وَاللهِ - عَلَيْكَ مَنْ جَعَلَكَ حَسِيْبَ نَفْسِكَ
.
“Wahai anak Adam lembaran amalmu akan dibentangkan untukmu, dan dua malaikat yang mulia akan menyerahkannya kepadamu, salah satu di antara mereka akan menyerahkan dari sebelah kananmu dan yang lain akan menyerahkan dari sebelah kirimu. Adapun yang menyerahkan dari sebelah kananmu maka ia telah mengawasi, menjaga dan mencatat kebaikan-kebaikanmu, sedangkan yang menyerahkan dari sebelah kirimu, maka ia telah mengawasi, menjaga dan mencatat kejelekan-kejelekanmu, maka beramallah sekehendakmu, persedikitlah atau perbanyaklah, sampai ketika kalian telah mati, lembaran amalmu akan dilipat, kemudian akan digantungkan dilehermu dan bersamamu di dalam kuburmu, sampai kelak pada hari kiamat, lembaran itu akan keluar menjadi kitab yang kamu jumpai terbuka "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu Ini sebagai penghisab terhadapmu" demi Allah, Allah telah berbuat adil kepadamu dengan menjadikanmu sebagai penghisab dirimu sendiri.”

Ibnu katsir Rahimahullah berkomentar berkenaan dengan perkataan Hasan al-Bashri bahwa ini adalah termasuk dari kebaikan ucapan beliau Hasan al-Bashri Rahimahullah. Dan inilah keadilan Allah, yang memberikan kesempatan kepada para hamba-Nya untuk bermuhasabah diri. Maka, hisablah dirimu sebelum kesempatan ini dicabut oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Wallahu A’lam bish Showwab. (By : Arka Fibirrillah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar