Nama
legkap beliau adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin
Abdi Manaf bin Qushayy. Abu Thalib adalah saudara kandung Abdullah bin Abdul
Muththalib, ayah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi Ali bin Abi
Thalib adalah saudara sepupu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau dijuluki
Abul Hasan dan Abu Turab.
Ali
bin Abu Thalib merupakan keturunan keluarga Hasyim dari kedua ibu-bapaknya.
Keluarga Hasyim memiliki sejarah yang cemerlang dalam masyarakat Mekkah.
Sebelum datangnya Islam, keluarga Hasyim terkenal sebagai keluarga yang mulia,
penuh kasih sayang, dan pemegang kepemimpinan masyarakat.
Ali
bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah sosok manusia yang hidup zuhud dan
sederhana, memakai pakaian seadanya dan tidak terikat dengan corak atau warna
tertentu. Pakaian beliau berbentuk sarung yang tersimpul di atas pusat dan
menggantung sampai setengah betis, dan pada bagian atas tubuh beliau adalah rida’
(selendang) dan bahkan pakaian bagian atas beliau bertambal. Beliau juga selalu
mengenakan kopiah putih buatan Mesir yang dililit dengan surban. Ali bin Abi
Thalib juga suka memasuki pasar, menyuruh para pedagang bertakwa kepada Allah
dan menjual dengan cara yang ma`ruf. Beliau menikahi Fatimah az- Zahra putri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan dikarunia dua orang putra, yaitu
al-Hasan dan al-Husain.
Ali
bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah sosok pejuang yang pemberani dan
heroik, pantang mundur, tidak pernah takut mati dalam membela Rasul-Nya dan
menegakkan kebenaran.
Salah
satu keberanian beliau yang tercatat dalam tinta emas adalah keberanian beliau
ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin berhijrah ke Madinah pada
saat rumah beliau dikepung di malam hari oleh sekelompok pemuda dari berbagai
utusan kabilah Arab untuk membunuh Nabi, Nabi menyuruh Ali bin Abi Thalib
shallallahu ‘alaihi wasallam tidur di tempat tidur beliau dengan mengenakan
selimut milik beliau.
Di
sini Ali bin Abi Thalib benar-benar mempertaruhkan nyawanya demi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan penuh tawakal kepada Allah Ta’ala.
Keesokan harinya, Ali disuruh menunjukkan keberadaan Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, namun beliau menjawab tidak tahu, karena beliau hanya disuruh untuk
tidur di tempat tidurnya. Lalu beliau disiksa dan digiring ke Masjidil Haram
dan di situ beliau ditahan beberapa saat, lalu dilepas. Beliau kemudian pergi
berhijrah ke Madinah dengan berjalan kaki sendirian, menempuh jarak yang sangat
jauh tanpa alas kaki, sehingga kedua kakinya bengkak dan penuh luka-luka
setibanya di Madinah.
Demikianlah sosok pemuda yang gagah berani dalam membela
Rasul-Nya, sehingga berhasil menempatkan diri sebagai salah seorang yang dicintai
Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam
sekaligus mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Rabbnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar