TENTANG KAMI

Blog Taujih ini adalah media dakwah melalui dunia maya yang di kelola oleh Divisi Dakwah PPIDS yang beranggotakan:
- Ketua Umum : Ust. Iyas Sirajuddin
- Koordinator Harian dan Bendahara : Ust. Habib AR
- Sekretaris dan Publikasi : Ust. Ahsanul Huda
- Penerbitan Buletin dan Pengedaran Kotak Infak : Ust. Shidiq
- Koordinasi Santri dan Pelaksana Harian : Ust. Qois
- Humas dan Transportasi : Ust. Habib
- Penanggung Jawab Ritme Dakwah dan Humas : Ust. Dawud


Senin, 22 Oktober 2012

BINGUNG DENGAN PENILAIAN MANUSIA

Diceritakan ada seorang bapak dan anaknya sedang melakukan perjalanan. Mereka mengendarai sebuah tunggangan berupa keledai. Maka mereka berdua memulai perjalanannya dengan menaiki keledai itu berdua bersama-sama. Pada awalnya mereka berdua merasa nyaman tanpa ada gangguan atas perjalanan mereka. Sampai mereka melewati suatu kaum, dan mereka masih menaiki keledai itu berdua bersama-sama.


Kemudian kaum itu berkomentar atas yang mereka lakukan, “Wah.. orang yang tidak punya perasaan, bagaimana bisa keledai yang lemah seperti itu ditunggangi berdua?”

Mereka berdua mulai memikirkan perkataan itu dan melakukan perubahan. Naiklah si anak dan si bapak berjalan dan menuntunnya.

Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan. Dan sampai mereka melewati kaum lain. Kemudian kaum itu berkomentar atas yang mereka lakukan,”Wah..Sungguh anak yang tidak tahu sopan santun, bagaimana bisa seorang anak menunggangi keledai dan membiarkan bapaknya berjalan bahkan menuntunnya?”

Merekapun akhirnya melakukan perubahan. Naiklah si bapak dan si anak berjalan dan menuntunnya. Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan. Dan sampai mereka melewati suatu kaum lain. 

Kemudian kaum itu berkomentar atas apa yang mereka lakukan,”Wah..Sungguh celaka bapak ini, bapak yang tidak punya perasaan dan tidak memiliki sifat rahmat. Bagaimana bisa dia membiarkan  anaknya berjalan sementara dia dengan nyamannya menunggangi keledainya?”

Merekapun akhirnya melakukan perubahan dan berkata, “Kita selalu salah dipandangan manusia jika salah satu dari kita menaiki keledai ini. Lebih baik kita tuntun saja keledai ini berdua tanpa ada yang menunggangi.”
Merekapun melanjutkan perjalanan dan sampailah mereka melewati suatu kaum lain. 

Kemudian kaum itu berkomentar atas apa yang mereka lakukan, “Dasar orang aneh! Punya tunggangan tapi tidak ditunggangi dan malah menuntunnya.”

Maka si bapak dan si anak semakin pusing karena ucapan manusia dan berkata, “Aaaahh! Kita selalu salah dipandangan manusia gara-gara keledai ini ditunggangi atau dituntun, sungguh setelah ini aku tidak akan peduli apapun perkataan manusia . Ayo Nak, kita gendong saja keledai ini berdua.”

Lalu mereka berjalan sambil menggendong keledainya, dan mereka kembali melanjutkan perjalanannya. Dan mereka kembali melewati suatu kaum, kemudian kaum itu berkomentar, “Dasar orang gila!!! Dunia sudah berubah dan terbalik, sekarang zamannya keledai menunggangi manusia bukan manusia menunggangi keledai.” Mendengar komentar itu si bapak bergumam, “Aku tidak peduli dengan perkataan kalian!” Dan mereka terus melanjutkan perjalanannya.

Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah ini adalah; janganlah kita mendengar dan bingung dengan perkataan orang atau selera orang jika kita telah berada di atas kebenaran, dan kebenaran yang hakiki itu adalah apa-apa yang sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman salafush shaleh. Karena jika kita memberikan kesempatan untuk mengikuti selera mereka yang bertentangan dengan syari’at Allah, maka kita akan membuka pintu lain untuk mengikuti selera mereka, yang jika terus menerus kita ikuti, maka kita juga akan semakin tersesat. (Ahs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar