Peringatan tahun baru belum lama berlalu. Seperti biasa peringatan tahun baru selalu diwanai dengan hingar-binger terompet tahun baru dan segala pesta, hura-hura yang ujung-ujungnya pemborosan harta, kemaksiatan serta waktu yang terbuang sia-sia. Memang, negeri mayoritas muslim ini adalah bangsa yang hobi latah, yang seringkali terpukau dengan gaya hidup orang lain, padahal belum tentu itu bermanfaat, malahan kerugiannya tak disangsikan lagi. Bangsa kita memang seringkali mengejar penampilan luar sementara kualitas tak ada yang dapat dibaggakan
Tahun baru secara rutin diperingati, tetapi selalu tak ada hal positif baru yang diharapkan. Lihatlah korupsi, kolusi dan berbagai kejahatan keuangan besar lain tak juga hilang, justru seantiasa meningkat ‘kualitasnya’. Dekadensi moral dan Akhlaq sudah menjadi pemandangan harian. Perzinaan dan tindak asusila lainya sudah menjadi barang yang lumrah. Tayangan televisi, media cetak, radio, lebih-lebih dunia maya dipenuhi dengan postingan-postingan berkategori pornografi. Sementara bencana alam tak kunjung usai. Gempa bumi, gunung meletus tanah longsor dan banjir selalu datang silih berganti. Kota-kota besar seperti Jakarta, bekasi selalu langganan banjir. Belum lagi musibah –musibah lainya.
Disadari atau tidak berbagai krisis multidimensional yang melenda negeri ini disebabkan berpalingnya kita dari Allah. Memang negeri ini mayoritas berpenduduk muslim, tapi berapa persen yang komitmen dengan agama Islam?.Al-Qur’an memang setiap tahun dicetak, setiap tahun diperlombakan lewat MTQ tapi betapa banyak aturan-aturan dan hukum islam yang dipandang sebelah mata dan dicampakkan. Bila kita tak segera kembali bukan mustahil, negeri ini akan musnah dari muka bumi. Bukankah sudah saatnya kita kembali?. Abu Hatim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar