TENTANG KAMI

Blog Taujih ini adalah media dakwah melalui dunia maya yang di kelola oleh Divisi Dakwah PPIDS yang beranggotakan:
- Ketua Umum : Ust. Iyas Sirajuddin
- Koordinator Harian dan Bendahara : Ust. Habib AR
- Sekretaris dan Publikasi : Ust. Ahsanul Huda
- Penerbitan Buletin dan Pengedaran Kotak Infak : Ust. Shidiq
- Koordinasi Santri dan Pelaksana Harian : Ust. Qois
- Humas dan Transportasi : Ust. Habib
- Penanggung Jawab Ritme Dakwah dan Humas : Ust. Dawud


Minggu, 08 Januari 2012

Rumah Tangga Salaf

 Baik buruknya suatu ummat atau masyarakat merupakan cerminan dari baik buruknya keluarga-keluarga yang ada dalam masyarakat. Karena keluarga adalah madrasah pertama tempat membentuk seorang individu, Sekaligus ia merupakan benteng terakhir yang menentukan keadaan suatu ummat. Rasulullah bersabda:”Sebaik baik kalian adalah yang terbaik bagi keluarganya dan aku adalah sebaik-baik orang yang berbuat baik kepada keluarga”(HR ) Maka tatkala hari ini kita menyaksikan kemrosotan ummat islam baik dalam politik , ekonomi , korupsi dan segala macam kerusakan termasuk di dalamnya dekadensi moral, merupakan cerminan bagaimana bobroknya rumah tangga kita. 


Titik pangkal yang akan mengantarkan kepada maksimalnya fungsi keluarga sebagai madrasah  pertama bagi anak adalah keharmonisan dan kesinergian antar anggota keluarga.. khususnya suami Istri. Keharmonisan ini akan muncul bila antar suami istri saling membangun komitmen. Oleh karena itu tatkala Abu Darda radhiyallahu anhu pertama kali yang beliau ucapakan kepada Istrnya: “Wahai Istriku aku berpesan kalau aku marah maka kamu jangan ikut marah. Sebaliknya kalau kamu marah aku akan menahan marah”. Akhirnya rumah tangga beliau menjadi rumah tangga yang bahagia. Sampai sampai isteri beliau menolak untuk dinikahi orang lain sepeninggal Abu Darda’ karena ingin berkumpul denganya di jannah. Tatkala Syuraih Al-Qadhi, -seorang pembesar Tabi’in-melewati malam pertama  bersama sang istri, Isterinya berkata:”Wahai suamiku kamu dahulu adalah orang asing bagiku dan aku adalah orang asing bagimu maka sebelum kita melalui bersama kehidupan kita aku ingin bertanya kepadamu perkara-perkara apa saja yang tidak engkau sukai  sehingga aku bias menjauhinya. Dan sebutkanlah perkara-perkara yang aku sukai sehingga aku bias melakukanya”. Maka beliupun menyebutkan semuanya. Akhirnya karena komitmen mereka berdua jadilah rumah tangga mereka bahagia.

Karenannya  Berumah tangga bukan sekadar menjalankan fungsi ayah-ibu dan anak. Bukan pula semata proses penyatuan cinta kasih, menjalin Romantisme dan. Berumah tangga adalah juga janji untuk berkomitmen membangun keluarga, dengan maksud dan tujuan yang mulia; melahirkan generasi pengganti yang baik dan shalih.(Shulton)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar