Iblis dalam
menyesatkan manusia senantiasa melalui dua jalan, melebih-lebihkan suatu urusan
atau mengkurang-kurangkan. Satu sisi orang mengaku telah bertawakkal, namun
sama sekali tak ada usaha yang ia lakukan. Baginya tawakal adalah seperti wayang yang pasrah kepada dalang tanpa
menolak sedikitpun. Sementara di sisi lain ada orang yang begitu percaya diri
dengan kemapuan yang ia miliki. Pendek kata semua kesuksesannya adalah hasil usahanya sendiri.
Memang di tengah bertnya ekonomi yang semakin berat, banyak orang
yang merasa putus asa. Mereka merasa tak mampu memenuhi kebutuhan hidup yang
semakin kompleks. Akhirnya dengan dalih tawakal,
mereka memilih menganggur, bergantung pada orang lain. Benar bahwa Allah telah brrfirman:
وَمَنْ
يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُه
Dan barangsiapa
bertawakkal kepada Allah niscaya niscaya Dia akan mencukupinya
(QS Ath-Thalaq: 3)
tetapi kemudian dalam tataran realita beragam sikap manuia dalam memahami ayat di atas
Hakekat tawakal
Rasulullah bersabda:
لّوأَنَّكُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ
لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
Seandainya kalian betul-betul bertaawakkal kepada Allah, niscaya
Allah akan memberikan rizki kepadamu, seperti Ia memberi rizki kepada seekor
burung, pergi dalam keadaan lapar dan kemabali dalan keadaan kenyang. (HR
Al-Bazar hadits no 340/I/80. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih wa dha’if
Al-Jami As-Shaghir hadits no 9382)
Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi mengatakan bahwa tawakal hakekatnya
adalah ungkapan tentang ketergantungan hati kepada Allah, anda menyakini bahwa Allah sajalah yang Maha Pengasih, Maha kuat,
Allah-lah yang memberi hidayah. Anda juga meyakini bahwa Dialah pelaku yang
hakiki. Anda juga meyakini bahwa Dia adalah pemilik ilmu yang sempurna dan
kekuasaan yang mutlak. Tak ada kekuasaan lain selain kekuasaan Allah. Tak ada
ilmu yang melebihi ilmu Allah. Tak ada rahmat selain dari Allah. Setelah itu
hatimu bersandar kepada-Nya . Tak berpaling sdikitpun dari Allah kepada yang
lain. (Mukhtashar MinhajulQashidin: 316)
Dari penjelasan di atas maka sesungguhnya tawakal tidaklah
bertentangan dengan ikhtiyar dan usaha, karena ia merupakan amalan hati sedang
usaha dan ikhtiyar adalah amalan anggota badan yang wajib secara syar’i. Sebab
termasuk sunnatullah Ia menjadikan segala sesuatu dengan prinsip sebab akibat.
Oleh karena itu Meninggalkan usaha juga merupakan satu keharaman. Dus keduanya
adalah dua hal yang saling beriringan.
Sebab lemahnya tawakkal.
Ibnu Qudamah menngatakan bahwa lemahnya tawakkal bersumber dari dua
hal:
1.Lemahnya
keyakinan kepada Allah. Lemahnya keyakinan tehadap Allah bisa berwujud lemahnya
keyakiana bahwa Allah mencukupi setiap makhluknya, bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu.
Lemahnya keyakinan ini diantaranya disebabkan lemahnya pengkajian dan
penghayatan terhadap nama-nama dan sifat Allah subhanahu wa ta’ala
2. Lemahnya hati
dengan berkuasanya syahwat (kemaksiatan) atau subhat yang menimbulkan
keragu-raguan. Kemaksiatan yang terus-menurus akan menjadikan hati gelap
sehingga yang haq (kebenaran) dipandang sebagai kebatilan dan sebaliknya
kebatilan dipandang sebagai kebenaran. Allah berfirman:
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Sekali-kali tidak noktah-noktah dosa itu telah meutupi hati mereka
disebabkan apa yang mereka usahakan (QS Al-Muthaffifin: 14). Wallahu a’lam
(Sulthoni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar